

Naila temen kantorku dia orangnya polos, lucu, aneh tapi nyata hehe. Dia cerita tentang pacarnya yang dulu satu kampus dengannya. Dirli pacar naila sering antar jemput dia ke kantor. Dirli pengen banget naila pake jilbab. Dirli minta Naila belajar banyak sama aku. Ternyata pacar naila ini diam-diam tau banyak tentangku. Ko bisaa??? ketemu ga pernah sms ga pernah telp ga pernah *pasti ga punya pulsa

(red : lebe).
Naila juga sering cerita pacarnya rajin mengaji di masjid, aw aw aw anak pengajian ternyata. Jadi pengen tau tentang si dia. Setelah melakukan penyelidikan kenapa dirli bisa tau tentangku, aku masih belum bisa menyimpulkan apa-apa baru bisa nebak-nebak. Ternyata tiap antar jemput naila ke kantor dirli sering melihatku, hanya sebatas melihat bisa tau siapa aku???hebattt. Beberapa hari kemudian saudaraku *saudara iman* namanya raina dia satu kantor juga denganku, dia cerita kalau ternyata pacar naila emang anak pengajian, tapi ko pacaran???. Anak pengajian ga boleh pacaran dong kan tiap hari ngaji hehe..,dalam islam ga ada pacaran.
Jadi gini ceritanya tetangganya raina namanya kiki. Kiki ini temen kuliahnya naila dan dirli. Nah berawal dari dirli yang cerita sama kiki, kata dirli "aku ini anak pengajian lo sama kaya kamu hehe..*nyengir kuda*" pada saat itu dirli belum tau kalau kiki tetanggaan sama raina yang satu kantor denganku dan naila.
"Aaaapaaaa


Akhirnya terjawablah teka teki saling silang tentang dirli. Dirli selalu menghindar tiap naila ingin mengenalkan aku padanya. Naila yang emang belum tau banyak tentang hukum pacaran dalam islam nyantai aja telponan dengan mesra sama dirli di depanku *ga sopan*.
Dan suatu ketika aku bertemu dirli yang lagi jemput naila, kebetulan ni bisa kenalan hihi...jadi pengen nyanyi "kamu ketauan...lagi pacaran" eh dirli jawab "malu aku malu pada semut merah yang berdiri di sana menatapku curiga" looocchh aku dong semut merahnya??? Ga ga jadi nyanyi

Dirli jadi berfikir ko banyak banget anak-anak pengajian di sekitar naila. Lama-kelamaan dirli merasa di ingatkan oleh Alloh, dia sadar kalau sudah menyimpang dari peraturan Alloh yaitu "pacaran", secara dia anak pengajian gitu loochh parahnya lagi di saksikan oleh banyak orang, "malu dirli malu pada semut merah" eh semut merah lg hehe..Dirli malu sama Alloh, malu sama dirinya sendiri dan malu sama teman2 naila.
Dirli pun bertekad untuk tobat

Akhirnya dirli bicara serius dengan naila. Dia bilang "Naila kamu belajar pake jilbab atau kita putusss" jegerrrr Naila kaget bagai di sambar petir mendengar kata-kata dirli. Naila nangis senangis nangisnya

Dirli takut dosa karna pacaran. Dirli juga menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat bagi wanita, hukumnya pacaran itu seperti apa, dosanya bagaimana. Dirli juga cerita tentang alasannya supaya naila bisa belajar agama bersamaku. Naila yang selama ini menganggap dirli orang yang baik dan ga pernah macam-macam mulai mengerti dan bisa menerima keputusan dirli.
Naila pun mulai belajar memakai jilbab. Dia menceritakan pertengkarannya dengan dirli kepadaku dan dia juga bilang ingin belajar tentang islam yang sesungguhnya denganku. Mungkin ini jalan hidayah bagi naila.
Dirli mulai berani berkomunikasi denganku. Dia menitipkan naila kepadaku supaya bisa banyak belajar agama. Akhirnya naila sering ikut pengajian bersamaku. Dirli dan naila pun putus hubungan. Dirli mengatakan pada naila kalau nanti mereka berjodoh dirli akan menikahinya dengan syarat naila telah menjadi seorang wanita sholihah. ~The End~
*Terkadang manusia harus malu dulu untuk bisa menyadari kesalahannya.
*Tapi terkadang Alloh telah mengingatkan kita secara pribadi atas kesalahan kita, hanya antara aku dan kamu hanya antara Alloh dan diri kita tapi sedikit yang bisa langsung menyadarinya.
*Dan terkadang ada yang sangat sadar kalau dia berbuat salah, diriku dirimu dirinya dan mereka pun tau kesalahan orang itu tapi yang bersalah ga malu-malu alias biasa aja tu so masalah buat lo..ello guwe end--“…jadinya ya malu-maluin..na'udzubillahi mindzalik
~ ijin copas ya naila dan dirli~
*Semoga Bermanfa'at*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar