Jumat, November 25, 2011

Kekuatan Cinta


Ada seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung, matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tak satupun titik membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

”Sedang apa kau disini, anak muda? ’ tanya orang itu. Rupanya seorang kakek tua.”Apa yang kau risaukan?” Anak muda itu menoleh, ”aku lelah, pak tua. Telah berkilometer jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namu tak jua kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu? ”
Kakek tua mengambil tempat disamping pemuda itu. Ia mendengarkan keluhan pemuda itu dengan penuh perhatian. Dipandanginya wajah lelah si pemuda. Lalu, ia berkata, Di depan sana ada taman. Jika kau ingin jawabannya, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku.”

Pemuda itu menatap kakek itu. Tidak percaya. Si kakek menganggukkan kepalanya. ”Ya tangkapkan seekor kupu-kupu untukku dengan tanganmu,” kakek itu mengulang kalimatnya. Perlahan pemuda itu bangkit. Ia menuju arah yang ditunjuk kakek tadi. Ke taman. Dan benar, ia menemukan taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga bermekaran. Tak heran banyak kupu kupu yang berterbangan disana. Anak muda itu terus bergerak. Mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Hap! Luput. Segera dikejarnya lagi kupu kupu itu. Ia tak mau kehilangan buruan. Sekali lagi, tangannya menyambar. Hap!. Gagal.

Anak muda itu mulai berlari tak beraturan. Menerjang, kesana kesini, Merobek ilalang, menerjang perdu, mengejar kupu kupu itu. Gerakannya semakin liar. Sejam, dua jam. Belum ada tanda-tanda pemuda itu akan berhenti. Belum ada kupu kupu tertangkap. Pemuda itu mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Tiba-tiba ada teriakan, ”Berhenti dulu anak muda. Istirahatlah!” Rupanya sang kakek. Ia berjalan perlahan. Tapi, lihatlah! Ada sekumpulan kupu kupu berterbangan di kedua sisinya. Beberapa hinggap di tubuh tua itu.
”Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang ? Menabrak nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” Sang kakek itu menatap pemuda itu. ”Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan megnhindar. Semakin kau buu, semakin pula ia akan pergi dari dirimu.”

”Tangkaplah kupu kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia takkan lari kemana mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri”
Kakek tua itu mengangkat tangannya, dan seekor kupu kupu hinggap di ujung jari. Terlihat kepak kepak sayap kupu kupu itu memancarkan keindahan. Pesonanya begitu mengagumkan. Kelopak sayap yang megalun perlahan layaknya kebahagaiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah kebahagaiaan bagi meraka yag mampu menyelaminya.

Teman, benar. Mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu kupu. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi mudah bagi yang tau apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana sini, atau menerobos sana sini. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang ke seluruh penjuru arah. Kitapun dapat meraihnya dengan bernafsu seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.
Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan itu tak bisa didapat dengan cara-cara yang seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat digenggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara. Kebahagaiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Teman, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita, dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi, dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu dengan perlahan dalam tenang dan dalam ketulusan hati kita.
Bahagia itu ada di mana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan, bahagia itu ”hinggap” di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

*Kekuatan Cinta, 30 Nasihat Bagi jiwa Perindu Nur Ilahi, Irfan Toni Herlambang[/justify]

»»  Lanjutannya disini

Rabu, November 23, 2011

Tersenyumlah

SENYUM itu indah dan
memperindah wajah, karena
wajah yang tersenyum
mencerminkan perasaan yang
tenang.

SENYUM itu ibadah yang paling
mudah dilakukan, tetapi mampu
menyempurnakan kemuliaan
akhlak.

SENYUM itu adalah kecantikan
yang lahir dari hati dan jiwa,
anugerah yang bisa
menenangkan perasaan,
menyejukkan dan menentramkan
hati yang gelisah.

tersenyumlah,
setidaknya kau mengerti,
hidup bukan untuk dikeluhkan,
namun untuk diperjuangkan demi
meraih kebaikan..
»»  Lanjutannya disini

Dan Jika


Jika ALLOH tak memberimu seseorang yg kamu impikan,
Smoga Dia menghadirkan seseseorang yg memimpikanmu.

Bila ALLOH tak memberimu seseorang yg kamu rindukan,
Smoga Dia menghadirkan seseorang yg merindukanmu.

Bila ALLOH tak memberimu seseorang yg kamu dambakan,
Smoga Dia memberimu seseorang yg mendambakanmu.

Bila ALLOH tak menyatukanmu dg seseorang yg kamu cintai
Smoga Dia menghadirkan seseorang yg Mencintaimu.

Yg bukan HANYA karena apa yg ada padamu ....
tapi apa adanya dirimu !!!
»»  Lanjutannya disini

Tanya Mengapa ?


Mengapa harus lari, jika kau belum mencoba untuk menghadapinya.
Mengapa harus menyerah, jika belum mencoba untuk berjuang.
Mengapa harus mengeluh, jika kau belum mencoba mengerjakan sesuatu yang kau keluhkan.
Mengapa harus lari dari tanggungjawab, jika kau tahu bahawa kaulah yang benar.
Mengapa harus bersedih, jika masih ada begitu banyak kegembiraan.
Mengapa harus bersaing, jika kau belum mencoba untuk bekerjasama.
Mengapa harus mengeluarkan begitu banyak amarah, jika kau tahu perkara itu akan menyakitkan orang lain.
Mengapa harus mencari keburukan orang lain, jika kau memiliki banyak keburukan dalam dirimu sendiri.
Mengapa harus berdiam diri, jika kau dapat mengerjakan sesuatu yang berarti.
Mengapa harus mengkhuatirkan jalan hidupmu, jika masih banyak waktu yang berada didepanmu.
Mengapa harus takut akan kematian, jika kau tahu kematian tidak dapat kau hindari-.
»»  Lanjutannya disini