Selasa, Oktober 16, 2012

Oh Aku Malu

Huuuh haaah sudah lama sekali rasanya tidak menapakkan tangan di sini. Entah kenapa belakangan kedepan ini lagi males nulis panjang-panjang. Mungkin karna lagi fokus sama satu, dua, tiga, dan banyak hal yang lumayan menyita waktu tenaga pikiran dan hati *alah. Sebenarnya sekarang masih males tapi tetap ingin....

Ingin ngomongin anak adam sebenernya...maaf ya wahai anak adam, saya ngomongin kamu di sini *yang namanya adam harap tidak Ge’eR*. Saya merasa malu deh kalau membandingkan diri saya dengan diri anak adam tersebut.

Dia itu orang yang sederhana, apa adanya, dan punya tingkat ke-jaim-an yang tipis sekali dalam hal kebaikan. Meskipun dia bisa di bilang agagata alias anak ga gaul jakarta, tapi dibalik itu semua dia punya kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh ribuan agata alias anak gaul jakarta di dunia ini.

Seiring dengan menjamurnya jejaring sosial bahkan lebih menjamur dari jejaring laba-laba dia sama sekali ga tertarik untuk ikut-ikutan bikin account berbagai macam jejaring sosial. Meskipun untuk ikut-ikutan bikin account bisa saja dia lakukan. Jadi jangan harap bisa menemukan dia di dunia maya kecuali account di kampusnya. Sedangkan saya eksis di mana-mana, engga di facebook di gmail di yahoo di twitter engga, di blog engga terlalu apa engga salah lagi hehe. Meskipun semua jejaring sosial itu mungkin masih ada manfaatnya, tapi nyatanya hanya sedikit orang yang bisa mengambil manfaatnya, termasuk saya ga ya?? Aduuh tuu kan jadi malu saya (malu yang pertama)

Dia itu anak seorang pedagang di salah satu pasar di jakarta raya. Dan di tiap waktu senggangnya saat libur sekolah dulu, libur kuliah, bahkan libur bekerja dia selalu membantu orang tuanya berjualan di pasar, berangkat dari jam tiga pagi. O-M-G eh ya Alloh!! Seorang pemuda metropolitan abad 21 di antara ribuan agata masih ada yang seperti dia *lebe dikit*. Sedangkan saya terkadang dimintain bantuan orang tua dalam hal kecil sekalipun pernah menolak huhu maaf ya pak bu :’( (Malu yang kedua)

Dan disaat dia sudah memasuki usia pernikahan untuk pertama kalinya dia dikenalkan pada seorang wanita oleh mak lancar *masih saudaraan sama mak comblang*. Dan akhirnya dia menjalani ta’aruf dengan wanita tersebut. Tak ada komunikasi yang dilebih-lebihkan bahkan bisa di bilang jarang dalam ta’aruf tersebut tapi sholat istikhoroh selalu di jalankannya. Tak ada kata-kata manis seperti “udah makan belum dek” iya ya kalaupun ada orang yang begitu, dia beneran nanya apa basi-basi, emang mau ngirimin makanan kalau belum hehe atau “udah sholat belum dek” niat sungguh-sungguh mengingatkan apa basi-basi emang mau nyolatin kalau belum eh maaf nyolatin istikhoroh maksudnya *jiee....,dan ga ada juga yang mendadak jadi ayah bunda, pipi mimi,dsb (Malu yang ketiga, emang pernah ngalamin?? Ehmm kasih tau ga ya :D)

Setelah di pertemukan dengan sang wanita beberapa kali oleh mak lancar dia menanyakan keputusan sang wanita tentang ta’aruf mereka. Kalaupun mereka sudah sama-sama yakin dia minta secepatnya bisa menikah. Dia merasa ga nyaman berlama-lama ta’aruf karena takut banyak melanggarnya. Saat saya mencoba ikut menimpali “kan cuma sms aja sekedar saling mengenal”. Dia menjawab “tetep aja namanya sms-an, Sesuatu yang di awali dengan hal yang tidak baik pasti selanjutnya juga ga akan baik kan” jleb!! satu kalimat yang membuat saya merasa sangat malu untuk kesekian kalinya.

Dan dari cerita sang anak adam ini memang seharusnya saya pantas bilang “WOW” gitu, tapi ga usah koprol :D. Dan bagi para pembaca tak usah terlalu dipikirkan atau bahkan dicari siapakah pemeran tokoh dalam penggalan cerita kehidupan ini, yang pasti tokoh penulisnya adalah saya hehe. Dan yang penting adalah manfaat yang bisa diambil dari cerita ini yang mungkin bisa diterapkan pada diri masing-masing pembaca, terutama diri saya. Jadi demikian dan semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar: